Identifikasi Kesulitan Belajar Murid dengan Refleksi Pain Point
Memahami kesulitan yang dirasakan murid merupakan suatu problematika tersendiri dalam suatu sesi pembelajaran. Sebagai pengajar, tentu kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjelaskan materi dan konsep sehingga dapat mudah dimengerti oleh setiap murid. Namun faktanya, masih ada saja murid yang menemui hambatan dan kendala saat menerima pelajaran di kelas. Tak bisa dipungkiri, kesulitan belajar merupakan hal yang wajar dialami oleh murid. Penyebabnya pun beragam, mulai dari faktor internal, seperti karakteristik individu, ataupun faktor eksternal, seperti lingkungan yang tidak mendukung.
Di CoLearn, kami memiliki cara tersendiri untuk dapat meminimalisir kesulitan yang dihadapi murid saat sesi pembelajaran, salah satunya dengan melakukan kegiatan refleksi baik di akhir maupun di tengah sesi penjelasan. Refleksi dalam pembelajaran adalah aktivitas singkat untuk mengetahui pengalaman yang diperoleh murid saat proses belajar mengajar berlangsung seperti apa yang mereka alami atau hal-hal baru apa yang mereka dapatkan. Kegiatan ini berfungsi untuk memberikan umpan balik dan evaluasi bagi pengajar dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Selain refleksi, kami memiliki kewajiban untuk mengulang atau menjelaskan kembali konsep dan materi yang diajarkan ketika hasil polling latihan soal menunjukkan kurang dari 40% murid menjawab dengan benar. Pada praktiknya, saya kadang kala terkendala untuk menemukan bagian mana yang menjadi kesulitan murid. Padahal hal tersebut penting agar pengulangan konsep dapat dilakukan secara maksimal. Saya mencoba bertanya dan meminta siswa untuk mengutarakan bagian mana yang mereka kurang paham dan merasa kesulitan dalam memahaminya. Namun tak jarang mereka juga bingung untuk menjawabnya. Saya hanya menjelaskan cara penyelesaian soal dengan tepat sehingga harapannya mereka dapat lebih mengerti dan menguasai apa yang telah diajarkan.
Langkah ini tentunya bukanlah cara terbaik yang bisa saya lakukan untuk dapat mengidentifikasi kesulitan atau pain point yang dirasakan oleh murid. Saya pun mencoba untuk melakukan cara lain, yaitu dengan memberikan slide refleksi berisi sub-materi dari soal yang diberikan. Harapannya slide ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk membantu murid mengutarakan kesulitannya mengenai materi yang telah diberikan. Untuk lebih jelasnya, berikut gambaran cara yang saya lakukan.
- Saya memberikan soal yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan untuk diselesaikan oleh siswa.
2. Siswa diberikan waktu untuk mengerjakan soal sesuai dengan pemahaman dan kemampuan mereka.
3. Guru akan memberitahukan jawaban yang tepat dan menampilkan persentase murid yang telah menjawab soal dengan benar.
4. Sebelum menjelaskan cara penyelesaian soal yang benar, guru akan menampilkan slide berupa langkah-langkah penyelesaian soal yang mewakili sub-materi yang telah diajarkan sambil menanyakan kepada murid bagian mana yang belum mereka kuasai.
5. Minta murid untuk melakukan anotasi pada bagian yang mereka anggap sulit dan belum dipahami dari slide yang ditampilkan.
6. Kemudian, guru menjelaskan cara penyelesaian soal sambil mengulang kembali materi sesuai dengan hasil anotasi yang dilakukan murid.
Respon yang saya dapatkan dengan cara ini cukup baik. Murid-murid terlihat berani untuk mengutarakan kesulitannya melalui anotasi pada materi yang mereka kurang pahami. Cara ini pun membantu saya sebagai pengajar untuk mengidentifikasi pain point atau kesulitan murid sehingga saya bisa menentukan strategi yang tepat untuk tetap mencapai tujuan akhir pembelajaran. Selain itu, cara ini juga bisa mengurangi dugaan atau prasangka kita mengenai pemahaman murid, seperti "Apakah murid diam karena sudah paham atau diam karena masih belum mengerti apa yang telah dijelaskan."
Tertarik untuk mencobanya di kelas? Pastikan untuk melakukan persiapan yang matang, ya, karena setiap soal yang diberikan tentunya memiliki kesulitan yang berbeda-beda. Guru harus memikirkan bagian yang akan menjadi pain point bagi siswa sehingga slide yang akan ditampilkan dapat merepresentasikan kesulitan yang mereka alami.
Tentang Penulis
Muhamad Ijharudin atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Ijay adalah Mentor Fisika dengan pengalaman mengajar selama 4 tahun. Ijay mendapatkan gelar sarjananya di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung sebagai Wisudawan terbaik Program Studi Pendidikan Fisika tahun 2018. Kemampuan Ijay di bidang Fisika tak perlu diragukan lagi, pasalnya Ijay juga merupakan Peraih IPK tertinggi sejurusan Pendidikan MIPA semasa kuliahnya.