Video solusi : Penentuan Suhu Udara Selain faktor ketinggian, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi suhu udara suatu tempat seperti: Letak lintang suatu tempat di permukaan bumi. Sirkulasi atmosfer di permukaan bumi, secara kasar kita bisa merasakan pada daerah pantai yang rendah suhunya akan lebih panas dibanding suhu udara pada suatu tempat di pegunungan yang memang elevasinya lebih tinggi. Profil ketinggian tempat untuk menentukan suhu udaranya Gambar profil ketinggian di atas dihasilkan menggunakan fasilitas pada goggle earth, diperoleh data ketinggian beberapa tempat dari permukaan laut yaitu: Jakarta=7 m, Cibubur=81 m, Cianjur=437 m, Padalarang=701 m, Cimahi=750 m, Bandung=713 m dan Cicalengka= 846 m. Nah berdasarkan informasi ketinggian beberapa tempat pada gambar di atas, kita akan menghitung suhu udara pada tempat-tempat tersebut. Sebelumnya kita harus mengetahui suhu udara di satu tempat sebagai standar perhitungan. Untuk contoh kali ini suhu udara yang akan jadi acuan adalah suhu udara di Jakarta. Data suhu udara dapat diakses pada dataonline BMKG. Laju penurunan suhu udara terhadap ketinggian mengikuti dua konsep yaitu secara adiabatis kering dan adiabatis basah. Pada konsep adiabatis kering, udara dianggap kering tanpa uap air dimana setiap kenaikan ketinggian 100 m maka suhu udara akan turun 1 C atau setiap ketinggian turun 100 m suhu udara akan naik 1 C. Artinya setiap kenaikan 100 m maka suhu udara akan turun 0.6 C atau setiap ketinggian turun 100 m suhu udara akan naik 0.6 C, di Indonesia menggunakan laju adiabatik basah. Untuk acuan perhitungan, kita akan menggunakan normal suhu udara tertinggi di Jakarta yaitu pada bulan Oktober 2019 dengan suhu sebesar 29,3 C. Di negara-negara Eropa dan Amerika, pada umumnya pengukuran suhu menggunakan skala Fahrenheit. Berapa suhu tertinggi di Jakarta diukur menggunakan skala Fahrenheit?